SELAMAT DATANG DI BLOG INI

IWANGE PUNYAAA

Cari Blog Ini

Jumat, 30 Maret 2012

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU

Kampus Baru Stikes Widya Nusantara Palu Diresmikan

Posted on 30 March 2012. Tags: Kelurahan Tondo, pemerintah Kota Palu, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan, Stikes Widya Nusantara

Palu, Hanya berselang enam bulan setelah peletakan batu pertama di 2011 lalu, pembangunan kampus baru Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Widya Nusantara Palu yang berada di Kelurahan Tondo, Palu Timur sudah bisa digunakan. Kampus tersebut, diresmikan Jumat (9/3).

Peresmian kampus yang terletak di Kelurahan Tondo itu, dilakukan dengan pengguntingan pita dan penandatangan prasasti, oleh Koordinator Kopertis wilayah IX, Prof DR Muhammad Basri Wello MA.

Pemilik yayasan Stikes Widya Nusantara Palu, AKBP Tigor Situmorang, mengatakan peresmian dilakukan setelah kurang lebih enam bulan yang lalu, dilakukan peletakan batu pertama. Walaupun masih ada beberapa bangunan yang sedang dalam tahap finishing, namun gedung baru tersebut sudah bisa digunakan untuk proses akademik.

“Pembangunannya bertahap. Pembangunannya akan dilanjutkan tahap kedua, ketiga dan ke empat. Untuk pembangunan tahap kedua rencananya kami targetkan selesai akhir Agustus. Sementara pembangunan ruang perkuliahan nantinya akan ada 16 ruangan, hanya sekarang ini masih delapan,” katanya.

Guna kelancaran pelaksanaan pembangunan kampus Stikes Widya Nusantara yang baru, Tigor mengharapkan adanya dukungan dari masyarakat dan pemerintah Kota Palu.

“Stikes ini terdiri dari dua program, yakni D3 kebidanan dan S I keperawatan yang sudah berjalan 4 tahun. Untuk akreditasi, sudah dalam proses. Kami tinggal menunggu penilaian. Maio dari itu katni sangat bangga dan tetap mengharapkan dukungan masyarakat serta pemerintah Kota Palu,” cetusnya.

Sementara Asisten 1 bidang pemerintahan Kota Palu, Drs Hary Wahyudi Sutomo MSi, yang mewakili Walikota Palu,

sangat mengapresiasi dengan diresmikannya kampus Stikes Widya Nusantara yang baru. Atas nama Pemkot Palu, Ham, mengharapkan kepada jajaran civitas akademika di Stikes Widya Nusantara Palu, dapat meraih goresan monumental mengukir sebuah prestasi di bidang pendidikan kesehatan.

“Sehingga perguruan tinggi ini, merupakan First Choice Not Last Choice, yang artinya pilihan pertama, bukan atau tidak pilihan terakhir, bagi masyarakat yang membutuhkan program pendidikan kesehatan yang berkualitas,” terangnya.

Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) wilayah IX Prof DR H Muhammad Basri Wello MA, yang menandatangani prasasti, mengatakan bahwa apa yang telah dilakukan oleh yayasan merupakan amanah dari kementrian pendidikan dan kebudayaan. Katanya, bagi perguruan tinggi yang ingin mengantongi izin operasional, ada banyak hal yang harus dipenuhi.

“Salah satunya itu adalah mempersiapkan sarana dan prasarana, tenaga kependidikan dan tenaga dosen pendidik,” katanya.

Dengan hadirnya standar prasarana perguruan tinggi kesehatan, seperti yang telah dimiliki Stikes Widya Nusantara Palu saat ini, kata Basri itu akan meningkatkan motivasi mahasiswa.

“Sedangkan untuk masyarakat, hal ini merupakan suatu pencitraan akademika ini sendiri, sehingga kedepan akan menjadi daya tarik bagi masyarakat, yang akan berminat untuk menempatkan anak mereka menjadi calon calon tenaga kesehatan yang profesional, yang lebih memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat kota Palu,” jelasnya. (cdy)

sumber: radarsulteng
stikes widya nusantara palu,stikes palu

Rabu, 22 Februari 2012

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)


PENDAHULUAN
A.   Latar belakang
Manusia sebagai mahkluk sosial yang hidup berkelompok dimana satu dengan yang lainnya saling behubungan untuk memenuhi kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial yang dimaksud antara lain : rasa menjadi milik orang lain atau keluarga, kebutuhan pengakuan orang lain, kebutuhan penghargaan orang lain dan kebutuhan pernyataan diri.
Secara alamiah individu selalu berada dalam kelompok, sebagai contoh individu berada dalam satu keluarga. Dengan demikian pada dasarnya individu memerlukan hubungan timbal balik, hal ini bisa melalui kelompok.
Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan seseorang. Meningkatnya penggunaan kelompok terapeutik, modalitas merupakan bagian dan memberikan hasil yang positif terhadap perubahan perilaku pasien atau klien, dan meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi perilaku maladaptif.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh individu atau klien melalui terapi aktifitas kelompok meliputi dukungan (support), pendidikan meningkatkan pemecahan masalah, meningkatkan hubungan interpersonal dan juga  meningkatkan uji realitas (reality testing) pada klien dengan gangguan orientasi realitas (Birckhead, 1989).
Terapi aktifitas kelompok sering digunakan dalam praktek kesehatan jiwa, bahkan dewasa ini terapi aktifitas kelompok merupakan hal yang penting dari ketrampilan terapeutik dalam keperawatan. Terapi kelompok telah diterima profesi kesehatan.
Pimpinan kelompok dapat menggunakan keunikan individu untuk mendorong anggota kelompok untuk mengungkapkan masalah dan mendapatkan bantuan penyelesaian masalahnya dari kelompok, perawat juga adaptif menilai respon klien selama berada dalam kelompok.








KONSEP TEORI
A.   Definisi
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama.
Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar (Sharing) tujuan, umpamanya membantu individu yang berperilaku destruktif dalam berhubungan dengan orang lain, mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk membantu merubah perilaku destruktif menjadi konstruktif.
Setiap kelompok mempunyai struktur dan identitas tersendiri. Kekuatan kelompok memberikan kontribusi pada anggota dan pimpinan kelompok untuk saling bertukar pengalaman dan memberi penjelasan untuk mengatasi masalah anggota kelompok. Dengan demikian kelompok dapat dijadikan sebagai wadah untuk praktek dan arena untuk uji coba kemampuan berhubungan dan berperilaku terhadap orang lain.

B.   Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok ( TAK )
Secara umum tujuan kelompok adalah :
1.    Setiap anggota kelompok dapat bertukar pengalaman
2.    memberikan pengalaman dan penjelasan pada anggota lain
3.    Merupakan proses menerima um Berupaya pan balik

C.    Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok ( TAK )
Terapi aktifitas kelompok mempunyai manfaat :
Terapeutik
 a. Umum
·       Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain
·        Melakukan sosialisasi
·        Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif.
b.      Khusus
·          Meningkatkan identitas diri
·       Menyalurkan emosi secara konstruktif
·        Meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau sosial
c.       Rehabilitasi
·       Meningkatkan ketrampilan ekspresi diri
·       Meningkatkan ketrampilan sosial
·        Meningkatkan kemampuan empati
·        Meningkatkan kemampuan/pengetahuan pemecahan masalah.

D.   Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
1.    Mengembangkan stimulasi kognitif
·       Tipe          :  Biblioterapy
·       Aktifitas    :  Menggunakan artikel, sajak, puisi, buku, surat kabar untuk merangsang dan mengembangkan hubungan dengan orang lain
2.    Mengembangkan stimulasi sensoris
·       Tipe          :  Musik, seni, menari
·       Aktifitas    :  Menyediakan kegiatan, mengekspresikan perasaan
·       Tipe          :  Relaksasi
·       Aktifitas    :  Belajar teknik relaksasi dengan cara napas dalam, relaksasi otot, dan imajinasi
3.    Mengembangkan orientasi realitas
·       Tipe          :  Kelompok orientasi realitas, kelompok validasi
·       Aktifitas    :  Fokus pada orientasi waktu, tempat dan orang, benar, salah bantu memenuhi kebutuhan
4.     Mengembangkan sosialisasi
·       Tipe          :  Kelompok remotivasi
·       Aktifitas    :  Mengorientasikan klien yang menarik diri, regresi
·       Tipe          :  Kelompok mengingatkan
·       Aktifitas    :  Fokus pada mengingatkan untuk menetapkan arti positif        


E.    KERANGKA TEORITIS TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
1.    Model fokal konflik
Menurut Whiteaker dan Liebermen’s, terapi kelompok berfokus pada kelompok dari pada individu.
Prinsipnya :
Terapi kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari. Pengalaman kelompok secara berkesinambungan muncul kemudian konfrontir konflik untuk penyelesaian masalah, tugas terapis membantu anggota kelompok memahami konflik dan mencapai penyelesaian konflik.
Menurut model ini pimpinan kelompok (Leader) harus memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada anggota untuk mengekpresikan perasaan dan mendiskusikan perasaan dan mendiskusikannya untuk penyelesaian masalah.
2.    Model komunikasi
Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi dan komunikasi terapeutik. Diasumsikan bahwa disfungsi atau komunikasi tak efektif dalam kelompok akan menyebabkan ketidakpuasan anggota kelompok, umpan balik tidak sekuat dari kohesi atau keterpaduan kelompok menurun.
Dengan menggunakan model ini leader memfasilitasi komunikasi efektif, masalah individu atau kelompok dapat diidentifikasi dan diselesaikan.
Leader mengajarkan pada kelompok bahwa :
a.    Perlu berkomunikasi
b.    Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya komunikasi verbal, nonverbal, terbuka dan tertutup
c.    Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain
d.    Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu satu dan yang lain untuk melakukan komunikasi efektif
            Model ini bertujuan membantu meningkatkan ketrampilan interpersonal dan sosial anggota kelompok.
            Selain itu teori komunikasi membantu anggota merealisasi bagaimana mereka berkomunikasi lebih efektif.
            Selanjutnya leader juga perlu menjelaskan secara singkat prinsip-prinsip komunikasi dan bagaimana menggunakan didalam kelompok serta menganalisa proses komunikasi tersebut.
3.    Model interpersonal
Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan, tindakan) digambarkan melalui hubungan interpersonal.
Contoh : Interaksi dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab akibat dari tingkah laku anggota lain.
Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan kelompok. Anggota kelompok ini belajar dari interaksi antar anggota dan terapis. Melalui ini kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku sosial yang efektif dipelajari.
Perasaan cemas dan kesepian merupakan sasaran untuk mengidentifikasi dan merubah tingkah laku/perilaku.
Contoh : Tujuan salah satu aktifitas kelompok untuk meningkatkan hubungan interpersonal. Pada saat konflik interpersonal muncul, leader menggunakan situasi tersebut untuk mendorong anggota untuk mendiskusikan perasaan mereka dan mempelajari konflik apa yang membuat anggota merasa cemas dan menentukan perilaku apa yang digunakan untuk menghindari atau menurunkan cemas pada saat terjadi konflik.
4.    Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang pernah lalu. Anggota memainkan peran sesuai dengan yang pernah dialami.
Contoh : Klien memerankan ayahnya yang dominan atau keras.


F.      Macam Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
1.    Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi
 dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami.
Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah terapi yang bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif serta mengurangi perilaku maladaptif.
Tujuan :
a.    Meningkatkan kemampuan orientasi realita
b.    Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
c.    Meningkatkan kemampuan intelektual
d.    Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
e.    Mengemukakan perasaanya
Karakteristik :
a.    Penderita dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai-nilai
b.    Menarik diri dari realitas
c.    Inisiasi atau ide-ide negative
Kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mau mengikuti kegiatan
2.    Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori
Aktifitas digunakan untuk memberikan untuk memberikan stimulasi pada sensasi klien, kemudian diobservasi reaksi sensori klien berupa ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka, ucapan. Terapi aktifitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada penderita yang mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan meliputi fasilitasi penggunaan panca indera dan kemampuan mengekpresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal.
Tujuan :
a.    Meningkatkan kemampuan sensori
b.    Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
c.    Meningkatkan kesegaran jasmani
d.     Mengekspresikan perasaan
3.    Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitr klien yaitu diri sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien, lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan klien dan waktu saat ini dan yang lalu.
Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas). Umumnya dilaksanakan pada kelompok yang menghalami gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat. Teknik yang digunakan meliputi inspirasi represif, interaksi bebas maupun secara didaktik.
Tujuan :
a.    Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal (fikiran, perasaan, sensasi somatik) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar)
b.    Penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan
c.    Pembicaraan penderita sesuai realita
d.     Penderita mampu mengenali diri sendiri
e.    Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat


Karakteristik :
a.    Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi, ilusi, waham, dan depresonalisasi ) yang sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
b.    Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
c.    Penderita kooperatif
d.    Dapat berkomunikasi verbal dengan baik
e.    Kondisi fisik dalam keadaan sehat
4.    Terapi aktifitas kelompok sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien. Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan social. Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis untuk :
a.    Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
b.    Memberi tanggapan terhadap orang lain
c.    Mengekspresikan ide dan tukar persepsi
d.    Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan
Tujuan umum :
Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekpresikan ide serta menerima stimulus eksternal.
Tujuan khusus :
a.    Penderita mampu menyebutkan identitasnya
b.    Menyebutkan identitas penderita lain
c.    Berespon terhadap penderita lain
d.    Mengikuti aturan main
e.     Mengemukakan pendapat dan perasaannya
Karakteristik :
a.    Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan ruangan
b.     Penderita sering berada ditempat tidur
c.    Penderita menarik diri, kontak sosial kurang
d.    Penderita dengan harga diri rendah
e.    Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas
f.     Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan
g.     Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik
5.     Penyaluran energy
Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara kontruktif dimana memungkinkan penembanghan pola-pola penyaluran energi seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara konstruktif dengan tanpa menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun lingkungan.
Tujuan :
a.    Menyalurkan energi; destruktif ke konstrukstif.
b.    Mengekspresikan perasaan
c.    Meningkatkan hubungan interpersonal

G.   Tahapan -Tahapan dalam Terapi Aktivitas Kelompok ( TAK )
Menurut Yalom, yang dikutip Stuart & Sundeen, 1995. Menggambarkan fase-fase dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :
1.       Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan siapa yang menjadi leader, anggota, tempat dan waktu kegiatan kelompok akan dilaksanakan serta membuat proposal lengkap dengan media yang akan digunakan beserta dana yang dibutuhkan.
2.        Fase awal
Pada fase ini terhadap 3 tahapan yang terjadi, yaitu: orientasi, konflik atau kebersamaan
a.    Orientasi :
Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing-masing, leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.
b.    Konflik :
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya, dan saling ketergantungan yang akan terjadi.
c.    Kebersamaan :
Anggota mulai bekerjasama untuk mengatasi masalah, anggota mulai menemukan siapa dirinya.
3.        Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim ;
a.    Merupakan fase yang menyenangkan bagi pemimpin dan anggotanya
b.    Perasan positif dan negatif dapat dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah terbina
c.    Semua anggota bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati
d.    Tanggung jawab merata, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistis
e.    Kelompok mulai mengeksplorasi lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugs kelompok dalam menyelesaikan tugasnya
f.     Fase ini ditandai dengan penyelesaian masalah yang kreatif
Petunjuk untuk leader pada fase ini :
a.    Intervensi leader didasari pada kerangka kerja teoritis, pengalaman, personality dan kebutuhan kelompok serta anggotanya
b.    Membantu perkembangan keutuhan kelompok dan mempertahankan batasannya, mendorong kelompok bekerja pada tugasnya
c.    Intervensi langsung ditujukan untuk menolong kelompok mengatasi masalah khusus.
4.       Fase terminasi
Ada 2 jenis terminasi yaitu terminasi akhir dan terminasi sementara. Anggota kelompok mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses. Terminasi dapat menyebabkan kecemasan, regresi dan kecewa. Untuk menghindari hal ini, terapis perlu mengevaluasi kegiatan dan menunjukkan sikap betapa bermaknanya kegiatan tersebut, menganjurkan anggota untuk memberi umpan balik pada tiap anggota
Terminasi tidak boleh disangkal, tetapi harus tuntas didiskusikan. Akhir terapi aktivitas kelompok harus dievaluasi, bisa melalui pre dan post test.

H.   Terapi
Terapis adalah orang yang dipercaya untuk memberikan terapi kepada klien yang mengalami gangguan jiwa. Adapun terapis antara lain :
1.    Dokter
2.     Psikiater
3.    Psikolog
4.    Perawat
5.    Fisioterapis
6.    Speech teraphis
7.    Occupational teraphis
8.    Sosial worker
Persyaratan dan kwalitas terapis
Menurut Globy, Kenneth Mark seperti yang dikutif Depkes RI menyatakan bahwa persyaratan dan kualifikasi untuk terapi aktivitas kelompok adalah :
a.    Pengetahuan pokok tentang pikiran-pikiran dan tingkah laku normal dan patologi dalam budaya setempat
b.     Memiliki konsep teoritis yang padat dan logis yang cukup sesuai untuk dipergunakan dalam memahami pikiran-pikiran dan tingkah laku yang normal maupun patologis
c.    Memiliki teknis yang bersifat terapeutik yang menyatu dengan konsep-konsep yang dimiliki melalui pengalaman klinis dengan pasien
d.    Memiliki kecakapan untuk menggunakan dan mengontrol institusi untuk membaca yang tersirat dan menggunakannya secara empatis untuk memahami apa yang dimaksud dan dirasakan pasien dibelakang kata-katanya
e.    Memiliki kesadaran atas harapan-harapan sendiri, kecemasan dan mekanisme pertahanan yang dimiliki dan pengaruhnya terhadap teknik terapeutiknya
f.     Harus mampu menerima pasien sebagai manusia utuh dengan segala kekurangan dan kelebihannya

I.      Peran Perawat dalam Terapi Aktivitas Kelompok (TAK )
Peran perawat jiwa professional dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok pada penderita skizofrenia adalah
1.       Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok
Sebelum melaksanakan terapi aktivitas kelompok, perawat harus terlebih dahulu, membuat proposal.
Proposal tersebut akan dijadikan panduan dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok, komponen yang dapat disusun meliputi : deskripsi, karakteristik klien, masalah keperawatan, tujuan dan landasan teori, persiapan alat, jumlah perawat, waktu pelaksanaan, kondisi ruangan serta uraian tugas terapis.


2.       Tugas sebagai leader dan coleader
Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi yang terjadi dalam kelompok, membantu anggota kelompok untuk menyadari dinamisnya kelompok, menjadi motivator, membantu kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta mengarahkan dan memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok.
3.       Tugas sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai anggota kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada anggota kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan.
4.       Tugas sebagai observer
Tugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati respon penderita, mengamati jalannya proses terapi aktivitas dan menangani peserta/anggota kelompok yang drop out.
5.       Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi
Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub kelompok, kurangnya keterbukaan, resistensi baik individu atau kelompok dan adanya anggota kelompok yang drop out.
Cara mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis kelompok terapis, kontrak dan kerangka teori yang mendasari terapi aktivitas tersebut.
6.        Program antisipasi masalah
Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat (emergensi dalam terapi) yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan terapi aktivitas kelompok.
Dari rangkaian tugas diatas, peranan ahli terapi utamanya adalah sebagai fasilitator. Idealnya anggota kelompok sendiri adalah sumber primer penyembuhan dan perubahan
Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli terapi adalah agen perubahan yang kuat. Ahli terapi lebih dari sekedar ahli yang menerapkan tehnik; ahli terapi memberikan pengaruh pribadi yang menarik variable tertentu seperti empati, kehangatan dan rasa hormat (Kaplan & Sadock, 1997).
Sedangkan menurut Depkes RFI 1998, di dalam suatu kelompok, baik itu kelompok terapeutik atau non terapeutik tokoh pemimpin merupakan pribadi yang paling penting dalam kelompok. Pemimpin kelompok lebih mempengaruhi tingkat kecemasan dan pola tingkah laku anggota kelompok jika dibandingkan dengan anggota kelompok itu sendiri. Karena peranan penting terapis ini, maka diperlukan latihan dan keahlian yang betul-betul professional.
Stuart & Sundeen (1995) mengemukakan bahwa peran perawat psikiatri dalam terapi aktivits kelompok adalah sebagai leader/co leader, sebagai observer dan fasilitator serta mengevaluasi hasil yang dicapai dalam kelompok.
Untuk memperoleh kemampuan sebagai leader/co leader, observer dan fasilitator dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok, perawat juga perlu mendapat latihan dan keahlian yang professional.